Review Buku The Key to Miracle: Manifestasi Tanpa Melepaskan Ego Bisa Jadi Bumerang

Buku The Key to Miracles karya Hasibuan Santosa. (Foto: Birgitta Ajeng)

Manifestasi ibarat kudapan manis yang begitu menggiurkan untuk dipraktikkan di tengah kehidupan yang kian materialistik. Saya bisa menemukan banyak nasihat soal manifestasi di media sosial saat ini, entah itu Instagram, YouTube, TikTok, ataupun Threads.

Isi konten-konten manifestasi yang saya temukan hampir seragam: kebanyakan bicara soal afirmasi dan scripting. Bahkan, ada yang memberikan kiat-kiat afirmasi menarik rezeki sampai bikin crush jadi bucin.

Tidak banyak yang membahas soal melepaskan emosi pahit yang tertanam di pikiran bawah sadar, pemrograman pikiran bawah sadar, penghayatan afirmasi menggunakan perasaan, dan pelepasan ego.

Itulah kesimpulan yang saya dapat setelah membaca buku The Key to Miracles karya seorang professional, trainer, mind consultant, dan hipnoterapis di Training Centre Hipnotika--Jasa Psikologi Indonesia di Surakarta, Hasibuan Santosa.

Ini adalah buku yang menuntun saya untuk memahami kekuatan pikiran. Kesuksesan ataupun kegagalan di dalam hidup bisa terjadi karena pikiran kita.

Sejak zaman dahulu, definisi pikiran terus berubah dari waktu ke waktu. Pada akhirnya, para filsuf dari Gerakan Pemikiran Baru sepakat bahwa pikiran adalah suatu subtansi Ilahi yang memiliki energi spiritual.

Lebih jauh, Hasibuan menulis, "Pikiran-pikiran yang berlalu-lalang di kepala kita senantiasa melepaskan sejumlah energi yang berpengaruh terhadap alam mikrokosmos (diri manusia) dan alam makrokosmos (alam semesta)."

Jika demikian, kejadian-kejadian positif akan datang apabila kita memikirkan hal-hal positif. Tak heran bila banyak nasihat yang mengajak manusia untuk berpikir positif.

Sayangnya, manusia cenderung menutup diri dan memilih berpikir negatif. Manusia bahkan tidak sadar telah menjadi korban dari pikiran-pikirannya.

Hasibuan menulis, "Berbagai macam pola pikir dan emosi negatif terpendam dari gambaran-gambaran masa lalu mereka yang pahit, cenderung mencengkeram erat seperti sepasang cakar beracun yang membuat berbagai macam derita fisik ataupun nonfisik pada diri mereka."

Buku The Key to Miracles karya Hasibuan Santosa. (Foto: Birgitta Ajeng)

Pemahaman soal pikiran negatif inilah yang jarang dibicarakan dalam konten-konten manifestasi. Pikiran-pikiran manusia yang semakin buruk bahkan bisa mengakibatkan transformasi destruktif pada alam semesta.

Meski penulis hanya sedikit membahasnya di Bab II: Apa Itu Pikiran? dalam subbab Kekuatan pikiran Anda dapat menjadi bumerang bagi diri Anda, ini menjadi jembatan penting untuk menghubungkan kekuatan pikiran--termasuk pikiran negatif dari emosi pahit yang masih terpendam di pikiran bawah sadar--dengan manifestasi.

Langkah awal manifestasi sebenarnya adalah emosi-emosi pahit dari seluruh lapisan kesadarannya sampai benar-benar tuntas. Setelah itu, seseorang baru bisa melakukan pemrograman untuk mengaktifkan kembali kekuatan pikiran bawah sadar dengan sugesti positif atau afirmasi.

Agar hasil manifestasi maksimal, kita juga perlu memberikan perasaan atau keyakinan dan mengimajinasikannya. "Imajinasi dapat membentuk masa depan manusia asal disertai dengan penghayatan perasaan yang kuat, serta dilakukan pada level gelombang otak yang tepat (alias deep trance saat meditasi)," tulis Hasibuan.

Tak lupa, yang terpenting dari itu semua adalah melepaskan ke-aku-an alias ego dan berserah diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari kita: Tuhan.

Tanpa menyelesaikan beban-beban emosi di masa lalu, ego dalam diri kita akan sangat mudah terusik. Kita cenderung melakukan manifestasi atas landasan ambisi untuk memberi makan ego yang selalu lapar. Manifestasi yang seperti ini mungkin saja tercapai, tapi akan tiba momen emosi-emosi pahit mengedor pintu kesadaran kita dan minta untuk dilepaskan. Kalau sudah sampai di titik ini, manusia biasanya mulai berserah dan kembali memaknai arti manifestasi dari sudut pandang spiritual.

Buku The Key to Miracles karya Hasibuan Santosa. (Foto: Birgitta Ajeng)

Meski terbit pada 2012, buku ini sangat relevan di masa sekarang. Tidak hanya membahas soal kekuatan pikiran dan manifestasi, buku ini juga berbicara soal aura dan energi karena ada keterkaitan di antara itu semua.

Kekuatan dan kualitas pikiran yang dipancarkan oleh manusia sangat berpengaruh pada warna dan ketebalan aura manusia. Fungsi paling utama dari aura adalah menjaga dan memperkuat medan energi seseorang. Dengan kekuatan aura yang optimal, maka akan lebih mudah bagi seseorang untuk menarik rezeki dari seluruh penjuru semesta.

Penulis juga memberikan scripting meditasi untuk beragam tujuan, seperti menggunakan daya matahari untuk penyembuhan penyakit, mengoptimalkan aura untuk menarik rezeki dari seluruh penjuru semesta, dan lainnya.

Buku ini bisa menjadi panduan untuk orang-orang yang sedang melangkah di jalan spiritualitas atau yang sedang dahaga akan rahasia-rahasia alam semesta.

0 Comments