Film Moana: Kisah Indah Penerimaan Shadow Self alias Sisi Gelap dalam Diri Manusia
Di balik kemasan film anak yang menghibur, Moana sebenarnya sarat akan konsep psikologi shadow self alias sisi gelap dalam diri. Shadow self tersebut memang tidak bercokol dalam diri Moana. Shadow self Moana adalah Maui. Tapi, sabar, kita bahas lebih jauh soal hal ini nanti.
Sekarang, kita coba centang terlebih dahulu konsep psikologi lainnya yang diusung dałam Moana. Ada shadow work alias proses mengeksplorasi bagian diri yang tersembunyi, seperti trauma, dan healing yang merupakan proses penyembuhan luka batin.
Seri pertama film yang diangkat dari mitologi kuno bangsa Polinesia di Samoa ini memang sudah lama sekali dirilis, yakni pada November 2016. Ketika itu, konsep shadow self, shadow work, dan healing mungkin belum menjadi buah bibir publik atau pembahasannya masih terbatas di kalangan akademisi dan praktisi.
Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan mental, eksplorasi diri, dan spiritualitas sejak pandemi Covid-19, konsep-konsep tersebut kian familier di telinga kita. Shadow self yang dipopulerkan oleh seorang psikolog dan psikoanalis asal Swiss, Carl Jung, semakin banyak dibahas dalam buku self-improvement dan konten media sosial.
Aku pun berpendapat setiap manusia sesungguhnya memiliki shadow self. Menurut berbagai sumber, shadow self adalah emosi, keinginan, atau sifat yang ditolak atau ditekan karena dianggap tidak sesuai dengan norma sosial atau nilai diri sendiri.
Apa saja sih contoh shadow self atau sisi gelap dalam diri manusia? Ada banyak, karena itu semua tergantung pada pola asuh dan masa kecil, trauma dan pengalaman negatif, lingkungan sosial, budaya, dan kepribadian individu.
Misalnya, seseorang yang selalu berusaha terlihat baik dan penyabar mungkin sebenarnya menyimpan kemarahan yang ditekan. Orang yang suka menolong bisa saja memiliki keinginan tersembunyi untuk diakui atau dihargai. Selain itu, seseorang yang sangat perfeksionis mungkin tanpa sadar takut akan kegagalan dan dikritik.
Salah satu alasan manusia dilahirkan ke dunia adalah belajar menerima sisi gelap dalam diri—tidak hanya sisi terang—sebagai bagian dari perjalanan hidup dan pertumbuhan pribadi untuk tujuan luhur: menjalin hubungan erat dengan Tuhan.
Maui Sebagai Antitesis Moana
Seperti yang aku tulis di awal, shadow self tidak digambarkan secara gamblang bercokol dalam diri Moana. Ini mungkin adalah pengejawantahan kreativitas sutradara dan penulis skenario untuk menyajikan konsep-konsep psikologi secara menarik dan berkesan ke dalam film.
Coba saja kalian perhatikan lebih cermat, Maui sebenarnya hadir sebagai antitesis Moana.
Maui adalah sosok maskulin yang sombong dan narsistik, karena dia tahu bahwa dirinya adalah manusia setengah dewa. Dia tidak mau mendengarkan ucapan Moana, saat mereka berjumpa kali pertama. Maui bahkan memandang Moana sebagai penggemarnya. Dia tidak bisa menghargai kehadiran manusia biasa.
Sementara itu, Moana adalah sosok feminin yang rendah hati—ini berbeda dengan rendah diri. Moana beberapa kali meragukan dirinya sendiri dan memohon bantuan semesta—yang direpresentasikan sebagai lautan—dalam memenuhi panggilan hidupnya. Moana sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa. Tiga hal yang membuatnya terus bergerak maju: kata hati yang selalu mengusiknya; dukungan leluhurnya; dan bantuan semesta.
Gambaran shadow self lainnya adalah pesimistis dalam diri Maui. Sambil telentang di atas perahu, Maui berulang kali berkelakar kalau dirinya dan Moana akan segera mati. Maui merasa gagal sebelum melawan Te Kā, karena tidak bisa lagi mengendalikan kekuatan kailnya. Dia bahkan bilang kalau dia itu tidak ada artinya tanpa kailnya, saat kekuatan kailnya hampir rusak usai bertarung dengan Te Kā.
Sementara itu, Moana adalah sosok optimis. Saking positif pola pikir Moana, Maui risih dan meninggalkan Moana. Tapi, Moana tetap yakin bahwa kekuatan justru berasal dari dalam dirinya. Super power itu bukan terletak pada hal eksternal superti kail milik Maui. Bermodal kepercayaan diri ditambah restu dari leluhur dan semesta, Moana mampu menghadapi monster Te Kā.
Itulah beberapa antitesis antara Maui dan Moana. Tak heran sih kalau Maui pun digambarkan berbadan tambun, karena shadow self manusia memang cenderung mendominasi. Ada beberapa hal yang membuat shadow self terasa sangat berpengaruh dan butuh waktu untuk menerimanya.
![]() |
Film Moana yang dirilis November 2016. (Foto: YouTube Walt Disney Animation Studios) |
Pertama, shadow self terbentuk dari pengalaman masa lalu, trauma, atau emosi yang ditekan. Kedua, norma sosial dan ekspektasi masyarakat sering kali mengajarkan kita untuk menampilkan sisi positif. Akibatnya, kita menolak bagian ini dalam diri sendiri. Karena shadow self ditekan, ia akhirnya bekerja di alam bawah sadar. Alhasil, kita kerap kali bertindak berdasarkan dorongan yang kita tidak paham sumbernya.
Contohnya, orang yang sulit percaya pada orang lain, karena pernah dikhianati di masa lalu, atau orang yang cenderung people pleaser karena pernah mengalami penolakan, dan lain sebagainya.
Shadow Work: Mengarungi Lautan Luas Bersama Maui
Jadi, tak heran untuk kesekian kalinya kalau Moana dianjurkan neneknya menemui Maui dalam misi memulihkan Pulau Motunoui. Bahkan, neneknya meminta Moana menjewer telinga Maui.
Dengan kata lain, Moana perlu melakukan shadow work terlebih dahulu untuk dapat memenuhi panggilan jiwanya. Untuk bisa mengembalikan jantung Te Fiti, Moana harus melewati banyak purnama dan badai dalam mengarungi lautan luas bersama shadow self-nya, Maui.
Meski shadow self-nya sangat mendominasi dan mengintimidasi, Moana tidak pernah mundur. Dia juga terus mencoba memberikan pengertiaan kepada Maui. Sama seperti Moana, kita pun perlu belajar hidup berdampingan dengan shadow self dalam perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian.
Sementara itu, kehadiran sosok Te Kā, menurutku, adalah penggambaran soal dampak dari shadow self yang belum diolah dan diterima. Te Fiti merupakan dewi kehidupan bagi Pulau Motunoui, pulau-pulau di sekitarnya, dan lautan. Dia cantik, anggun, dan lembut, tapi juga punya kekuatan untuk memberikan napas kehidupan bagi alam.
Sayangnya, Maui yang arogan berambisi memberikan segalanya untuk manusia yang tidak pernah puas, termasuk memberikan jantung Te Fiti. Pil pahit yang harus ditelan dari pemenuhan ego Maui untuk mendapat popularitas dan dianggap hebat oleh manusia adalah Te Fiti berubah menjadi Te Kā.
Berbanding terbalik dengan Te Fiti, Te Kā digambarkan sebagai sosok maskulin yang penuh kemarahan dan siap membakar siapa saja yang berusaha mendekatinya. Shadow self yang belum disadari dan diterima pun juga dapat berkerja seperti Te Kā, menutupi sisi terang dan mengambil kendali.
Proses penerimaan shadow self pun tersaji dengan sangat mengharukan lewat adegan Moana mendekati Te Kā. Sambil berjalan dengan langkah tenang di laut yang terbelah, Moana menyanyikan lagu afirması cinta untuk Te Kā.
I have crossed the horizon to find you
I know your name
They have stolen the heart from inside you
But this does not define you
This is not who you are
You know who you are
Menurutku, lirik ‘They have stolen the heart from inside you’ adalah representasi dari pola asuh dan masa kecil, lingkungan dan normal sosial, serta trauma dan pengalaman negatif, yang membentuk shadow self dan membuat manusia menjadi bukan diri sejatinya.
Dengan kesadaran dan kasih sayang pada diri sendiri, manusia barulah dapat menerima keberadaan shadow self-nya. Inilah yang disebut dengan healed. Transformasi pun terjadi di momen ini.
Te Kā berubah menjadi Te Fiti, sosok yang mampu menebarkan cinta dan menjadi sumber terang kehidupan bagi sekitarnya. Kemarahan berubah menjadi kasih sayang. Serangan berubah menjadi pelukan. Kehancuran berubah menjadi keindahan. Kegelapan berubah menjadi terang.
0 Comments